Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan dasar manusia. Tanpa air manusia tidak akan hidup. Air juga merupakan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup di planet ini. Ketersediaan air menjadi kunci keberlangsungan kehidupan. Oleh karenanya, pemenuhan kebutuhan air menjadi hal wajib yang akan selalu diupayakan dengan keras oleh manusia. Manusia berharap air selalu melimpah sehingga mereka tidak kekurangan air baik untuk minum maupun untuk kebutuhan mandi dan kakus. Hal ini menjadi kontradiksi, ketika ketersediaan air yang terbatas harus memenuhi kebutuhan banyak manusia di sekitarnya. Mereka harus mencukupkan air yang terbatas untuk kebutuhan mereka.
Kondisi demikianlah yang dialami oleh para pengungsi korban banjir lahar dingin di Pos Pengungsian Lapangan Jumoyo, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Mereka yang terdiri dari 157 kepala keluarga yang menghuni barak pengungsian harus berusaha memenuhi kebutuhan akan air yang jumlahnya terbatas karena hanya mengandalkan pasokan air dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kabupaten Magelang. Jumlah mereka yang mencapai 400 jiwa lebih sangat berbanding terbalik dengan ketersediaan air. Sehingga tidak jarang permasalahan timbul. Banyak dari mereka yang harus berebut ataupun mengantri mendapatkan air sampai berjam-jam. Tidak jarang pasokan air dari PDAM yang baru saja datang langsung habis. Terkadang pembagian air pun rata kepada semua pengungsi. Kondisi ini tentunya tidak baik jika terus menerus dibiarkan.
Permasalahan
Ketersedian air yang terbatas di pengungsian tidak mencukupi kebutuhan para pengungsi akan air. Mereka harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan air dengan cara mengantri ataupun berebutan. Keadaan ini menimbulkan masalah yang cukup merepotkan di pos pengungsian. Maka pembagian air yang merata kepada semua pengungsi dapat menjadi jalan keluar akan masalah ini.
Seiring dengan pembangunan huntara (hunian sementara) bagi para pengungsi yang sekarang masih tinggal di shelter box, maka pembagian air melalui pipa yang terhubung pada suatu tampungan air dapat direncanakan sehinggga pembagian air nantinya akan adil dan merata.
Pembagian yang merata dan adil melalui pipa ini tentulah tidak mudah. Hal ini dikarenakan jarak antar huntara dengan tampungan air tidaklah sama. Setiap huntara mempunyai jarak yang berbeda-beda dengan sumber air. Pembuatan jalur pipa yang mampu membagi air secara merata kepada setiap huntara memerlukan perencanaan dan perhitungan yang matang.
eh kenapa tugas itu sudah diposting tooo..jan dibajak tar :P
BalasHapus